Cerita : KORBAN KE 13


KORBAN KE 13

 

Sret, sret, ... pluk! Jari-jari Adelia Quirk bergerak gesit menyortir surat-surat yang datang pagi itu. Dengan cepat terbentuk dua tumpukan. Satu berada di tengah meja Harry Fendley, terdiri atas tagihan dan pemberitahuan lelang. Tumpukanlain berada di  dasar tempat sampah, berupa beberapaselebaran serta undanganke acara jamuan makan malam yang diadakan seorang anggotaKongres, yang fotonya tergantung di dinding, sedangmemeluk bahu Harry Fendley.

 

Biar saja Harry kecewa berat karena merasa tidak diundang, pikir Bu Quirk puas. Tangan  wanita  kurus  dengan  rambut  keriting  tipis  berwarna  kelabu  itu  lalu mendorong kacamata bacanya yang melorot.Dahinya berkerut ketika melihat surat terakhir. Alamatnya diketik rapi, tetapi tidak ada nama pengirimnya. Surat semacam itu sudah sering dilihatnya selama30 tahun menjadi sekretaris di Sekolah Menengah Umum Endicott, sebelum ia pensiun musim semi lalu.

Dengan sebal diremasnya surat itu, lalu dilemparkannyake tempat sampah. Tiga belas nama

"Bu Quirk!" TeriakanFendley membuat Quirk bak kena setrum. Jantungnya serasa berhenti beberapa detik."Bu Quirk, tolong jangan buang surat-surat dari para pemilih saya.  Siapa  tahu  warga  negara  baik  itu  sedang  menghadapi  masalah."  Harry Fendley, ketua  Dewan  Pengawas Daerah  dan  tokoh  politik  setempat, menggali keranjang sampah dengan terengah-engah, karena perutnya yang sebesar gentong itu tertekan.

 

Ia menarik napas lega ketika menemukan surat yang baru saja diremasQuirk.

 

"Bu  Quirk,"  kata  Fendley.  "Anda  'kan  sekretaris  yang  baik.  Jangan  pernah membuang surat sebelum saya membacanya, tidak peduli dari orang sinting sekalipun." Fendley menggeleng-gelengkan kepalanya, seakan-akan sedang memberi tahu anak idiot. Wajahnyamemperlihatkan keprihatinan, sementara alis matanya bertemu di atas hidung, seperti dua ulat sedangberciuman.

 

"Anda kelihatan pucat. Anda tidak apa-apa 'kan? Bekerja untuk membayar utang- utang George mungkin terlalu berat buat Anda. Memang bukan salah Anda, George jadi penjudi. Saya sudah sering memperingatkan, tapi dia tidak mau mendengarkan. Sayang, asuransi jiwanya tidak bisa menutup semua utang kalian. Kalian berdua kurangmelihat masa depan sih," imbuh Fendley, setengahmengejek.

 

"Saya betul-betul prihatin, Bu Quirk. Kenapa Anda begitu keras kepala? Tiga setengah hektar tanah terlalu berat untuk diurus seorang janda seperti Anda. Saya bukan ingin menakut-nakuti, tetapi sebaiknya jangan sendiriandi sana. Kenapatidak Anda serahkan saja rumah dan tanahitu kepada saya? Sebagaigantinya, saya akan menyerahkan surat-surat utang George kepadaAnda."

 

Diolok-olok dan diintimidasi seperti itu, Bu Quirk cuma bisa menyumpah dalam hati. Fendley sendirikemudian mengalihkan perhatiannya pada surat yang baru saja


diselamatkannya dari tempat sampah. Matanya bergerakmengikuti beberapabaris, lalu memandang Bu Quirkdengan senyum senang.

 

"Bu Quirk, Anda tahu apa yang Anda buang?" Fendley lalu membacakan isi surat itu: "Jangan anggap enteng. Surat ini dapat membawakeberuntungan besar atau sebaliknya, musibah besar bagi Anda. Kirim salinannyasebanyak 13 pucuk dalam waktu lima hari ...."

 

"Tapi itu 'kan surat berantai,Fendley," potongBu Quirk.

 

"Buatkan  13  salinannya,  Bu  Adelia!  Kita  harus  berbagi  keberuntungan  dengan teman-teman kita," tegas Fendley menyorongkan kertasitu ke sekretarisnya. "Kirim satu pada Robert Barnes."

 

"Lawan Anda pada pemilihan yang lalu?"

 

"Betul. Kirim juga pada James Hollingshead, walikotakita. Pastikan juga jatah Leroy

Jacobs dan istrinya, Evelyn ...."

 

Bu Quirk mencatatnama-nama lawan politik,musuh-musuh pribadi serta bekas sekretaris bosnya itu. Fendleybetul-betul menjijikkan.

 

Rayuan pedagang mobil

Bu Quirk sendiri tak punya banyak teman, karena ia tak banyak menyukai orang. Begitu  pun  sebaliknya.  Hanya  para  tetangganya  yang  kadang-kadang memberi perhatian. Suami-istri Anderson, tetanggaBu Quirk yang memiliki1,24 ha tanah berhutan di antara tanahnya dan Red Mound National Forest misalnya, selalu memperlakukan Quirk, seakan-akan dia bibi merekayang eksentrik.

 

Tetangganya yang lain, keluarga Efferson,tinggal di lahan yang ditumbuhi pohon pinus seluas 2 ha dan sering kebanjiran. Mereka selalu memberinya selai buatan sendiri yang tidak jelas selai apa, keju kambing, ketimun yang diolah entah bagaimana caranya, lalu mereka beri nama "acar". Mereka sulit ditolak kedatangannya, sesulit menjauhkan anak-anakanjing yang selalu melibat di sekitar kaki.

 

Tanah keluarga Efferson berbatasan dengan Sungai Chicasaw yang memisahkan tanah mereka dari hutan nasional. Di seberang tanah keluarga Anderson terdapat Sungai Wooten. Lalu di sebelahnya ada tanah luas tak berpenghuni yang berseberangan denganjalan bebas hambatan. Di belakang tanah milik Bu Quirk dan tetangga-tetangganya terdapat hutan  sepanjang beberapakilometer, milik  Acme Paper, Inc. yang dikenal sebagaitukang caplok tanah.

 

Dari tiga bidang tanah yang dimilikiperorangan itu, tanah Bu Quirk paling bagus. Letaknya tinggi di atas punggung bukit yang indah, tidak pernah kebanjiran dan berpemandangan indah. Bu Quirk merasa Fendley mempunyai rencana atas tanah dan rumahnya. Ia tahu, pedagang mobil bekas yang pandai merayu itu menawarkan pekerjaan sekretaris, bukan agar ia dapat membayar utang George.Tapi untuk membujuknya agar mau melepastanah warisan sebagaipenebus utang.

 

Bu Quirk pernah melihat wakil dari Brooks Brothers datang ke kantor Fendley membawa tabung-tabung cetak biru, yang isinya mungkin saja peta survei tanah. Ia mencoba mendapat informasi dengan menempelkantelinganya ke pintu ruang kerja Fendley. Namun, yang kedengaran cuma suara kresek ... kresek. Fendleypasti sudah mengantisipasi ulah sekretaris usilnyadengan memasang peredam suara.


 

Fendley di mata Bu Quirk tak beda dengan ular. Bayangkan, seusai pemakaman,ia baru tahu kalau selama bebeberapa mingguterakhir, setiap Rabu malam George bukannya pergi ke persekutuan doa sepertiyang dikatakannya, melainkan berjudi. Itu  sebabnya,  Fendley  bisa  memegang  surat-surat  utang  yang  ditandatangani George di hadapan sejumlah saksi. Fendley sendiri tidak secara langsung terlibat dalam permainanjudi itu.

 

Bu Quirk tahu, menurut hukum ia wajib membayar utang George. Tapi ia juga tahu, secara hukum Fendleytidak bisa mengambil rumahnya begitu saja. Dalam hati, Bu Quirk  berjanji, akan  terus  berjuang sampai titik  darah  penghabisan, agar  tanah warisan George tidak jatuh ke tangan orang busuk seperti Harry Fendley.

 

Ketinggalan berita

Adelia Quirk memandanglangit yang menaungikota berpenduduk 25.000 jiwa itu dari depan pintu kantornya. Sejak cuaca memburuk beberapa hari lalu dan musim gugur hendak beranjak ke musim dingin, si bos makin giat menyuruhnya membeli koranke seberang kantor.Padahal, suhu dingin bisa memperparah penyakit artritisnya. Walaupunsudah mengenakan mantelwol tebal, toh angintetap saja

menyusup.

 

Saat itulah Quirk menyaksikan tabrakan hebat antara sebuah minivan cokelat dan sedanLincoln, tak jauh dari lampu merah. Lincoln yang dikemudikan James Hollingshead, walikota Endicott, saat itu sedang ngebut. Sebagaiwalikota, sudah bertahun-tahun Hollingshead mengabaikan peraturanlalulintas tanpa pernah dihukum. Namun, kali ini ia tidak bisamenghindar dari hukum alam. Bersama Robert Barnes, si pengemudiminivan, ia meninggaldunia di tempat.

 

Sampai malam, peristiwa itu masih terbayang di benak Bu Quirk. Kedua korban kecelakaan dikenalnya dengan baik, walaupun ia menganggap mereka bukan manusia baik. Polisi sendiri bilang, kecelakaan itu mungkin disebabkan remminivan itu blong.

 

Kriiing!!! Tiba-tibatelepon berdering. Dengan sebal Bu Quirk mengangkat benda yang membuyarkan lamunannya itu.

 

"Halo, Virginia," katanya tanpa semangat,setelah tahu yang menelepon ternyata iparnya. "Kamu pastimau membicarakan kecelakaan itu," sambung Quirk.

 

"Kecelakaan apa? Oh, maksudmuyang menimpa suami-istri Jacobs, ya? Itu sih bukan kecelakaan. Leroy memang sengaja menembaknya!"

 

Tulalit. Namun Quirk lega, berarti ia tak harus bercerita tentang tabrakan mobilyang menimpa walikota.

 

"Menembak siapa?"

 

"Evelyn. Dia menembakEvelyn dan salesmanasuransi yang tidur dengan istrinya itu. Rupanya, setiap kali Leroy pergi bekerja, orang asuransi itu datang. Tadi pagi, Leroy tiba-tiba kembali."

 

"Jangan ceritakan apa yang dikatakan Leroy saat ia ditahan ...."

 

"Leroy  tidak  menunggu  polisi  datang,"  Virginia  memotong.  Lalu  dengan  suara berubah lunak ia berkata, "Ia menembakdirinya sendiri."


 

Bu Quirk mendengarkan cerita Virginia sambil memandang jauh ke langit-langit. Mengapa begitu banyakorang mati hari ini?

 

"Dan Johnny Hovatter, dalam keadaan mabuk, terjatuh dari salah satu kudanya. Lehernya patah," lanjutiparnya.

 

"Hah? Kapan?"

 

"Aduuuh, Adelia. Kamu betul-betul tidak menaruh perhatian pada sekelilingmu. 'Kan ada di koran pagi ini."

 

Quirk ingat, koran pagi Fendley basah tak bisa dibaca setelah dipakai melindungi kepala dari hujan. Sedangkan korannya, Clarion Herald mendarat di kubangan air di halaman rumahnya, karenasi loper salah lempar.

 

"Oh, ya, maksudku menelepon kamu sebenarnya ingin menanyakan, kapan keluarga

Efferson akan pindah?"

 

"Keluarga Efferson? Mereka tidak mau menjual tanahnya, kok. Anak Frieda Wilson yang bekerja di pengadilan, waktu bertemu di kapsalonbilang, ada cacat hukum dalam jual-beli tanah itu 60 tahun lalu. Keluarga Efferson kemudian menawarkan sedikit uang denganimbalan persoalan diselesaikan ...."

 

Penasaran, setelah selesai berbicara dengan Virginia, Quirk menelepon keluarga Efferson. Merekamembenarkan, petanitua bekas pemiliktanah mereka, 60 tahun lalumenjual tanahnya pada sebuah perusahaan penebangan kayu. Namun, karena kesulitan uang, pembayaran terhenti setengah jalan. Petani itu lalu mengambil kembali tanahnya tanpa meluruskan hak kepemilikannya di pengadilan. Belakangan, perusahaan penebangan kayu itu hidup lagi, ber-gantinama menjadi Acme Paper.

 

"Kapan kamu tahu ada yang tidak beres?" tanya Quirk.

 

"Saya mulai curiga beberapa bulan lalu, waktu sekelompok petugas survei dari perusahaan kayu mengukur melewati pagar belakang,"cerita Gary Efferson. "Mandornya menunjukkan gambar yang membuat perutsaya mual ...."

Bu Quirk meletakkan telepon denganmarah. Kena setrum

Keesokan harinya, perasaanBu Quirk makin tak keruan. Ia merasa seperti sedang

naik pesawat yang tiba-tibaoleng, ketika tukang pos memberi tahu, anggota dewan kotapraja yang bertugas menyusun perundang-undangan tewas kena setrum saat membetulkan antena TV tadi pagi. Seorang pengendara mobil yang kebetulan lewat bermaksud menolongnya. Namun, si pengendara malah ikut kena setrum, sekaligus gagal menyelamatkan nyawa sang anggota dewan.

 

Bu  Quirk  sadar,  korban-korbanmeninggal dalam  beberapa hari  terakhir  adalah orang-orang yang terdapat dalam daftar surat berantaiFendley. Mungkinkah hal ini terjadi secara kebetulan? Mengirimkan surat berantai kepada seseorang mestinya tidak  akan  membuat  si  penerima  meninggal.  Tapi  kalau  bukan  lantaran  surat berantai, mengapa orang-orang itumeninggal? Tiba-tiba Quirk teringat pada penjualan mobil Fendley yang belakangan meningkat pesat.


Sulit dipercaya, Fendley tiba-tibamenjadi orang paling mujur di tengah berbagai kemalangan yang menimpa orang lain. Apakah nasibsial memang bisa berpindahke orang-orang yang dikirimisurat berantai oleh Fendley?

 

"Fendley, kita punya masalahbesar," bilang Quirk, yang tiba-tibasaja menyerobot masuk kamar kerja bosnya. Fendley melotot dan menaruh telepon buru-buru, tanpa mengucapkan salam kepada lawan bicaranya.

 

"Fendley,saya tidak tahu bagaimana mengatakannya. Banyak orang meninggal." "Bu Quirk,setiap hari selalu ada orang meninggal."

"Maksud saya, orang-orang yang Anda kirimi surat berantai. Tujuh, Fendley, tujuh orang meninggal."

 

"Ah, itu 'kan cuma kebetulan," sebut Fendley denganmata berbinar-binar. "Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi cobalah bertindak!"

Alis mata Fendleymerayap naik.

 

"Bertindak apa?" tanyanya."Bu Quirk, Anda sakit? Saya sudah berbicara dengan adik Anda beberapa waktu lalu dan dia juga khawatir."

 

Dengan mata sama sekali tidak memperlihatkan kepikunan, Bu Quirk menataptajam. Beberapa menit setelahpercakapan tadi, Bu  Quirk meninggalkan kantor sambil membawa  sebuah  kotak  berisi  barang-barang pribadinya.  Tangannya  yang  lain menenteng pot berisi tanaman geranium. Dalam perjalanan keluar ia berpapasan dengan seorang wanita seksi berambut pirang. "Anda tahu ada lowongansekretaris di sini?" tanya si wanita. Alih-alihmenjawab, Quirk malah menjatuhkanpot geranium ke kaki si wanita. Gabrukk!

 

Dalam 24 jam berikutnya, Bu Quirk berada di ruang duduk rumahnyasambil minum bercangkir-cangkir teh. Tiba-tiba saja Coleen Anderson meneleponnya. Katanya, sudah sebulan ini ia sering menerimatelepon gelap yang kian menakutkan. Malam hari  sering  kelihatan  orang  gentayangan  di  luar  rumah.  Malam  kemarin,  tiga anjingnya tewas disembelih di halaman, entah oleh siapa. Coleen mengakhiri ceritanya dengan menangis terisak-isak.

 

Bu Quirk sadar, keserakahan Harry Fendley-lah biang keladi semua malapetaka ini. Tapi bagaimana cara menghentikannya?

 

Tinggal dua nyawa

Esok paginya, Bu Quirk mendengar kabar, restoran Emilio terbakar.Restoran itu tempat makan favorit di Endicott.Saat api berkecamuk, di dalam sedang banyak orang makan. Api meminta tujuh korban. Ketika penyiar teve menyebutkan nama- nama   korban,   Bu   Quirk   mengambil   daftar   penerima   surat   berantai   yang dikirimkannya atas perintah Fendley.Ia mendapati empat dari tujuh korban tercatat dalam daftar.

 

Kini total korban, entah akibat surat berantai atau ulah Fendley sendiri, mencapai sebelas orang. Tinggal dua nama dalam daftar yang masih hidup. Yakni John McLean, sesama pedagang mobil, dan bekas sekretaris Fendley. Dengan tergesa- gesaBu Quirk menyambar tas dan mantelnya, lalu pergi ke Hartley dan McLean Auto Sales yang terletak di tempat strategis, dekat jalan bebas hambatan. Bu Quirk


menemukan McLean sedang melempari poster kampanye Fendley dengan baut di ruangkerjanya.

 

"Bu Quirk! Saya kira Anda sudah meninggal!"

 

"Dan  kamu  masih tetap  berandal kecil  yang  seminggu sekali dikirim ke  kepala sekolah untuk disabet," balas Bu Quirkcepat.

 

"Anda lebih menakutkan daripadakepala sekolah," McLean tertawa. "Adaperlu apa?" sambungnya. "

 

Kamu akan mati,kecuali kamu segerabertindak,"

 

McLean duduk membisuketika Bu Quirkmenceritakan apa yang terjadi. Air mukanya berubah dari terkejut menjaditidak percaya. Bu Quirk tahu, ia cuma menyia-nyiakan waktu.

 

"Ya, saya ingat menerima surat semacam itu. Sekretaris saya membuangnya. Jadi, apa yang harus saya lakukan?Mengirim 13 surat lagi?" tanyanya.

 

Dada Bu Quirk sesak. Mengapa jawaban itu tidak terpikir olehnya? Bagaimanakalau

13 orang itu mengirimkannya kepada 13 orang lain, begitu seterusnya. Apakah semuanya akan mati tiba-tiba juga?

 

McLean tergelak-gelak. "Beri tahu Fendley,saya tidak tahu lelucon apa yang dirancangnya, tetapi dia memilih orang yang tepat untuk memerankannya. Quirk, Anda patut mendapatOscar."

 

Tanpa basa-basi lagi, Quirk meninggalkan ruangan. Dia tak ingin menyaksikan gaya Mc-Lean tertawa. Tapi ia bisa mendengar dengan sangat jelas suara keras yang timbulsaat tengkorak McLean menghajar sudut lemari file. Seorang salesmanyang sedang lewat di depan pintuberteriak. Quirk langsung kabur tanpamenengok.

 

Berbalik sasaran

Fendley menahan senyum ketika bertemudengan Bu Quirklagi di kantornya.

 

"Dua belas tewas, Fendley. Apa yang sebenarnya telah Anda lakukan?" Rasanya ingin ia menampar Fendley.

 

"Yang  saya  lakukan?"  Fendley  membuka  pintu  sebuah  lemari.  Di  dalamnya tertempel sehelaiposter yang ditulisihuruf besar-besar,nama 13 orang yang dikirimi surat berantai. Dipandanginya "karyanya" itu dengan puas. "Cuma ini, Quirk. Saya juga ingin tahu kenapabegitu manjur ...."

 

Bu Quirk melihat nama terakhir yang belum dicoret:Becky Ward. "Bagaimana denganBecky?"

Fendley mengangkatbahu.

 

"Terkutuk. Anda bertanggung jawab atas semua ini."

 

Senyum Fendley berubah kejam dan mata sipitnya bertambah sipit berpayung alis tebal. "Becky kurang menghormati saya ketika ia bekerja di sini," ucapnya sembari


mendelik dengan sikap mengancam. Quirk merasa kepalanya melayang. Untunglah telepon berdering, sehingga perhatiannya mengarah pada gagang telepon.

 

"Bilang pada anggota Kongres itu, aku akan meneleponnya beberapa menit lagi," jawab Fendley kepada seseorang di seberang sana.

 

"Beri tahu Haroldson perihal kemajuan yang sudah Anda peroleh untuk mendapat tanah-tanah kami," pancingQuirk.

 

"Kok Anda tahu?"

 

"Teman saya Gary Efferson pelahap berita finansial. Ia membaca bahwa istri Haroldson mendapat posisi menentukan di Acme Paper. Istri Haroldson juga yang mengepalai perusahaan pembangunan perumahan, perusahaan yang dipimpin suaminya sebelum terpilihmenjadi anggota Kongres. Tanah keluarga Anderson, Efferson, dan saya, jadi penghalang untuk membangun jalan bebas hambatan. Kalau Anda memperoleh tanah kami, jarak dari Acme Land ke kota besar cuma 45 menit, harga tanah Acme Land pun akan melonjak."

 

Merasa mendapat angin, Quirk melanjutkan, "Anggota Kongres itu membayar Anda cukup besar untuk membeli tanah dan menjualnya langsung ke Acme, tetapi Anda serakah. Anda ingin mendapat tanah kami tanpa keluar banyak uang, kalau perlu gratis."

 

"Hampir betul,"jawab Fendley. "Sebenarnya, ini saran Haroldson. George suami Anda sudah mulai kalah berjudi sebelum saya mengikat janji dengan Haroldson. Sayang, ia keburu mati sebelum menyerahkan tanahnya. Kini sudah terlambatbagi Anda dan siapa pun untuk bertindak," Fendley tertawa geli. "Asaltahu saja, saya sudah minta adik Anda mengajukan permohonan ke pengadilan, agar Anda dinyatakan tidak waras."

 

Diancam begitu, Quirk malah tersenyum. "Maaf, ada yang lupa saya poskan," kata Quirk kepada si pirang, penggantinya di kantor Fendley. Ia segera mengambilsurat berantai ketiga belas dari laci, lalu memasukkannya ke tas. Ya, surat ketiga belas yangtak terkirimkan mestinya berbalikmenyerang si  pengirim.Beberapa waktu kemudian, dia mendengar ada kegaduhandi kantor Fendley.

 

"Korban ketiga belas sudah jatuh. George pasti senang,tanahnya tak jadi terjual," bisik Quirk pelan. (Kisah Rekaan/Vickie Dubois/HI)

Pramuka-07

Kami membina, mendidik dan mendampingi generasi muda putra-putri pertiwi untuk hantarkan mereka raih mimpi setinggi Asa, Walau tak sebesar debu, semangat pengabdian kami : berkontribusi mewujudkan kehidupan masyarakat dunia yang 'Damai Santun, Trampil dan Humanis', melalui para pembina, pendidik pada seluruh tingkat satuan dan gugus depan diwilayah pembinaan Kwartir Ranting 20.07 Gerakan Pramuka Kec. Kedung Kab. Jepara, Jawa Tengah

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak