Cerita Kriminal : Stag Night Membawa Petaka

 STAG NIGHT MEMBAWA PETAKA

 


Cheryl Miller memang belum menjadi selebriti. Namun, siapa pun yang pernah bertemu, apalagi mengenal gadis ini dengan baik, pasti setuju kalau dia memiliki pesonayang tidak dimiliki gadis muda berusia 21 tahun lainnya.Selain punya wajah cantik dan tubuh menarik, Cheryl - yang bekerja paruh waktu di sebuah toko roti di Saginaw, Michigan, Amerika Serikat - juga dikenal sebagai gadis yang cerdas dan mandiri.

 

Donna Duquette - bibinya- masih ingat betapa keponakannya itusangat perhatian kepada orang lain. "Jiwasosialnya tinggi,terutama kepada keluarga dan kawan- kawan dekatnya," ungkap Donna. Tak aneh kalau Donna kemudian berkesimpulan, "Untuk gadisseumur dia, Cheryl benar-benar sosok yang luar biasa dan sempurna."

 

Donna lantas bercerita, betapa keponakannya itu lebih memilih tinggal di sebuah apartemen, bersama seorang temannya,teman wanita tentu. Keputusan pindah itu tak diherani Donna. "Sejak usia belasan tahun, Cheryl sudah terbiasa melakukan banyak hal sendirian," tegas sang bibi lagi.Kalaupun butuh kawan,yang paling sering menemani dia hanyalah sepeda motor kesayangannya. Sepedamotor itu dibelidari hasil tabungannya sendiri.

 

Di kalangan teman-temannya, Cheryl pun sangat populer dan supel. Tak heran, dia gampang sekali menarik perhatian lawan jenis. Namun teman-temannya tak ingat, sudah berapa banyak cowok yang pernah menjadi teman kencan Cheryl. "Kami tak pernahmau ikut campur terlalujauh pada urusan pribadinya. Cheryl terlalu baik untuk dibuat marah atau tersinggung,"sahut seorang teman kerjanya.

 

Pendek kata, Cheryl Millerbak mutiara yang sinarnya sangatterang dan diperkirakan bakal makin benderang di masa yang akan datang. "Bukan tidak mungkin, dengan karakter dan semua bakat yang dimilikinya, kelak dia akan menjadiseorang bintang. Seorang selebriti," Donna kembali angkat bicara.

 

Namun, manusia memang hanya bisa memohon, karena pada akhirnya, Tuhan jua yang   menentukan.   Doa   dan   harapan   mereka   terhadap   Cheryl   tak   pernah kesampaian. Bukan  Tuhan  tak  mau  mendengarkan, tapi  Dia  tampaknya  punya rencana  lain  untuk  sang  "calon  bintang".  Rencana  yang  tak  pernah  diketahui manusia.

 

Menuju jalan buntu

Sabtu pagi itu, awal tahun 1970-an,di tengah cuaca gerimis, CherylMiller ditemukan kawanseapartemennya dalam keadaan tergeletaktak berdaya di tempat tidur, di apartemen  mereka  di  Saginaw.  Luka  terbuka,  meski  tidak  menganga,  juga ditemukan di tubuhnya. Komentar-komentarterkejut terdengar dari kawan, tetangga, terlebih keluarga.

 

Bersamaan dengan itu, suasana sedih dan duka menyergap seketika. Terutama, setelah muncul kepastian dari kepolisian dan rumah sakit bahwa nyawa Cheryl tak bisa diselamatkan. Sang "calon bintang" telah meninggalkan alam fana untuk selamanya. Kepergian yang terlalu pagi sebenarnya.

 

Setelah itu, duka berubah menjadi luka, karena cara Cheryl tewas sungguh sangat mengenaskan. Hasil autopsi menyimpulkan, gadis manis itu mengalami kekerasan seksual. "Tampaknya,ia diperkosa, kemudian dicekik. Atau sebaliknya, dicekikdulu


baru diperkosa. Kita belum bisa memastikan," tukas seorang anggota tim forensik. Cheryl diperkirakan meninggalantara pukul 05.30 - 06.00.

 

"Saya sangat kaget, benar-benar kaget. Seperti ada orang yang baru saja menembakkan peluru karet ke perut ini," Donna bercerita sembari memegang perut. "Saya tak bisa membayangkan, bagaimana reaksi orangtua Cheryl saat itu. Mereka pasti sangat menderita," tambah Donna.

 

Detektif Ron Herzbergdan detektif Tom Reeder yang tiba di tempat kejadian perkara (TKP) tak lama setelah ditelepon, langsung menyisir lokasi. Police line pun dipasang bersamaan   dengan   kesibukan   polisi   mengamankan   barang   bukti.   Setelah mengamati kondisi mayat dan TKP, Ron dan Tom mulai menanyai sejumlahsaksi. Keluarga, teman-teman korban,tetangga, semuadisambangi.

 

Seperti Donna, merekasemua tidak percayaan. "Mana mungkinada orang yang tegaberbuat begitu sadis pada gadis sebaik dan secantik Cheryl?" tegas mereka, dalam irama yang sama. Berdasarkan masukan-masukan itu, polisi kemudian mengarahkan penyelidikannya pada Abbass Esfehani, seorang pemuda asal Iran yangsedang mengikuti programpertukaran pelajar.

 

Ron  dan  Tom  mendengar selentingan kabar  dari  teman-teman Cheryl,  saat  itu Abbass masih dalam status pacaran dengan korban. Meski belakangan, ketidakcocokan mulai muncul, sehinggahubungan mereka kabarnya agak merenggang.

 

"Pada kasus pembunuhanseperti ini, yang pertama kali kita selidiki biasanyaadalah orang-orang yang mengenal dan dikenalkorban. Apalagi motif terbunuhnya Cheryl jelas karena sesuatu yang sifatnyapribadi. Ini bukan perampokan, karena tak ada barang-barang milik korban yang hilang. Saat ini, kami sedang menyelidiki kemungkinan keterlibatan teman dekat korban," detektif Ron Herzberg memberikan keterangan kepadawartawan.

 

Ron  sengaja merahasiakan nama  Abbass, untuk  mendukung azas  praduga tak bersalah. Detektif Tom Reederyang mendampingi Ron, ikut menganggukkan kepala, seraya menambahkan, "Beberapa hari sebelum kejadian,orangtua korban sempat berbicara dengan anaknya. Mereka bilang, Cheryl tak ingin lagi bertemu, apalagi melanjutkan hubungan dengan pacarnya itu."

 

"Sang pacar marah,lalu membunuh Cheryl?" tanya wartawan.

 

"Itu salah satu kemungkinan skenario yang perlu didalami," jawabRon dan Tom tanpa dikomando.

"Orangtua Cheryl tahu apa penyebab retaknyahubungan mereka?" cecar wartawan. "Tidak secara spesifik. Tapi Cheryl sempat berkata,dia agak khawatir pada sikap

temperamental Abbass," balas Ron.

 

"Apakah polisi mempunyai calon tersangkalain, selain teman dekat korban?" "Kemungkinan itu juga sedangkami selidiki." Ya.

Tak lama setelahitu, Ron dan Tom memang langsung mengumpulkan data dan fakta, menyusunnya menjadi semacam puzzle yang harus dipecahkan. Mereka berhasil menemukan sidik jari Abbass di dinding yang mengarah pada kamar tempat


mayat Cheryl ditemukan.Polisi juga menemukan beberapa helai rambut di tubuh sanggadis, yang warna hitamnya miripdengan rambutdi sisir milik Abbass.

 

Kumpulan barang bukti itu makin menguatkan kecurigaan aparat kepolisian pada pemuda asal seberang lautan itu. Sayangnya, pihak berwajib tak pernah memiliki kesempatan menginterogasi Abbass.  Calon  tersangka  itu  tampaknya  menyadari kerepotan yang bakal dihadapinya, jika terus bertahan di Amerika Serikat.Hanya selang beberapa hari sejak tewasnya Cheryl,Abbass menjual mobilnya, lalu terbang ke negara asalnya. Sebagianbarang-barangnya bahkan ditinggalkan begitu saja di Saginaw.

 

Polisi tentu kebakaran jenggot. Mereka tak mau kehilangan buruannya begitu saja. Tanpa membuang waktu, mereka segera menghubungi rekan sejawatnya di Iran, minta agar Abbass ditahan, karena dugaan terlibat dalam kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Namun, tanpa barang bukti, yang bisa dilakukanpolisi Iran hanyalah "menginterogasi" Abbassdalam hitungan jam.

 

"Kami tak punya bukti untuk menahandia. Tapi kami akan memenuhi permintaan Anda, untuk mengirim sampel rambut Abbass ke Amerika," Ron menirukan keterangan dan janji yang didengarnya dari koleganya di seberang lautan.

 

Herannya, atau malah hebatnya, setelah diteliti, sampel rambut yang dikirim Kepolisian Iran itu ternyata sama sekali tidak cocok dengan contoh rambut yang ditemukan di tubuh korban. Bahkan sampel itu juga tak cocok dengan rambut yang ditemukan di sisir milik Abbass, yang tertinggaldi bekas kediamannya di Saginaw. Polisi betul-betul dibikin bingung,sekaligus frustrasi.

 

"Kami tak bisa melakukan apa-apa, karena memang tak ikut menyaksikan, saat sampel diambil dari Abbass," jelas Ron.

 

Alhasil, karena ketiadaan bukti, lima bulan setelahditemukannya mayat Cheryl, polisi akhirnya menghentikan (sementara) perburuanterhadap Abbass Esfehani. Abbass sendiri sejak kejadian itu tak pernah lagi berkunjung ke Amerika Serikat. Saat itu, keluarga  dan   teman-teman  Cheryl  mulai   merasa,  upaya   menemukan  siapa pembunuh dan pemerkosa Cheryl, tampaknya mengarah ke sebuah jalan, bernama jalan buntu!

 

Alibi tak terbantah

Dua tahun setelahmentok di jalan buntu,polisi masih terus memburupemerkosa dan pembunuh Cheryl Miller. Mereka melakukan check and recheck terhadap orang- orang yang pernah diwawancarai. Polisi juga mencaridan memintai keterangan saksi-saksi baru. Berbagaikemungkinan dan skenario pun coba dipikirkan. Polisi berusaha keras, apakah ada orang lain di luar Abbass yang pantas dimasukkan dalam daftar tersangka.

 

Dalam kurun waktu dua tahun itu pula, polisi sempat menawarkan hadiah uang buat mereka yang dapat memberikan petunjuk penting, atau mengarah pada ditemukannya pembunuh Cheryl. Mereka berhasil menjaring keterangan dari sekitar

150 orang saksi. Dari situlah daftar tersangka baru kasus pembunuhan dan pemerkosaan Cheryldibuat.

 

Selain Abbass, dua nama lain yang masuk dalam daftar tersangka adalah Antonio Alverez  (sepupu  teman  seapartemen  Cheryl)  dan  Gabriel  Ferris.  Alverez  yang pernahmenumpang beberapa waktu di apartemen itu dicurigai mempunyai kaitan


dengan kematian Cheryl, menyusul ditemukannya kemiripanantara sampel rambut

Alverez dengan rambuthitam yang ditemukan di tubuh korban.

 

Namun, polisi dengan hanya mengandalkan teknologi yang dimiliki saat itu belum dapat memastikan, sejauh mana tingkat kesamaan antara sampel rambut Alverez denganrambut yang ditemukan di tubuh Cheryl.Jadi, bukti fisik terhadap Alvarez sangat minim, bahkan palingminim jika dibandingkan dengan dua tersangka lainnya.

 

Bagaimana dengan Gabriel Ferris? Nah, yang satu ini agak unik. Saat kabar pembunuhan dan pemerkosaan terhadapCheryl menyeruak, status Ferris adalah pengantin  baru  yang  sedang  menghabiskan malam  pertama  bulan  madunya  di sebuah tempat peristirahatan di luar Saginaw.Ferris sendiri sebenarnya berasal dari keluarga cukup berada, tetapi dia kerap berurusan dengan polisi, bahkan sempat masuk hotel prodeo, lantaran terlibat peredaranobat-obat terlarang.

 

Detektif Reeder pernahbeberapa kali berjumpa Ferris.

 

"Melihat betapa gugupnya dia ketika berbicara tentang Cheryl, insting saya bilang, inilah pembunuh Cheryl yang sesungguhnya," sergahTom Reeder.

 

Ferris memang tidak meninggalkan jejak rambut di tubuh korban. Namun, dia mengakui pernah menjadi pacar dan berhubungan seksual dengan Cheryl Miller. Hubungan intim terakhir yang mereka lakukan konon hanya sekitarsepekan sebelum pembunuhan. Polisi juga menemukan sidik jari Ferris di meja rias dekat tubuh Cheryl ditemukan. Kini, Ferris menjadi calon tersangka palingsempurna di antara tiga calon tersangka dalam daftar polisi.

 

Masalahnya, Ferrisjustru satu-satunya calontersangka yang memilikialibi paling sulitdibantah. Saat terjadinya pembunuhan, seperti berkali-kali diceritakannya pada polisi, Ferris sedangberada sekitar 65 mil dari Saginaw,persisnya di sebuahcottage di kawasan wisata Lake Huron. Di sana, bersama istri yang baru saja dinikahinya, Ferris menghabiskan malam pertamabulan madu.

 

Apakah masuk akal, orang yang sedang berbulan madu menyempatkan diri memperkosa dan membunuh bekas pacarnya? Secara logika, mestinyatidak. Akhirnya, perlahan tapi pasti, arsip kasus Cheryl Miller dimasukkan ke dalam peti. Dengan kata lain, untuk kedua kalinya, polisi mengarah ke jalan yang sama, jalan buntu. Polisi bahkan "tersesat" di jalan buntuitu selama hampir20 tahun!

 

Saksi tua renta

Makanya, menjadi  "berkah" tersendiri, ketika  arsip  kasus  Cheryl  Miller  akhirnya dibuka kembali pada 1994. Ketika itu, pihak kepolisian Saginaw bertekad mengadakan penyelidikan ulang atas kasus berumurpuluhan tahun ini. Beberapa detektif - yang saat peristiwa pembunuhan Cheryl terjadi masih remaja - bergerak mendatangi saksi-saksi yang dulu pernahdimintai keterangan.

 

Jelas tak gampang,karena orang-orang yang dulu segar bugar, kini banyak yang sudah berusia setengah baya dan sakit-sakitan. Sedangkan mereka yang 20 tahun lalusudah menjadi orangtua atau berusia setengah baya, bahkan sudah ada yang meninggal dunia. Termasuk kedua orangtua Cheryl,yang meninggal dengan membawa serta semua kedukaannya ke alam baka.

 

"Mudah-mudahan, dengan ditemukannya bukti-bukti baru yang mengarah pada tertangkapnya tersangka, arwah Cheryl dan orangtuanya bisa beristirahat dengan lebihtenang. Kasihanmereka," bilang Dona.


 

Dona kali ini memang boleh berharap banyak, karena polisi berhasil mendapatkan sejumlah fakta baru dan penting. Bukan tentang Abbass Esfehani atau Antonio Alvarez, tapi tentang si pemilik alibi terkuat, Gabriel Ferris. Ferris yang selama 20 tahunberlindung pada alibi bulan madunyaitu kini harus menghadapi kesaksian demi kesaksian yang perlahan-lahan membungkam "senjata" yang selama ini meloloskannya dari cengkeraman aparatpenegak hukum.

 

Polisi menyebut kebiasaanburuk Ferris yang tak bisa "menjaga mulut" sebagai salah satufaktor yang meringankan pekerjaan mereka. DetektifRoy Walton - kini sudah pensiun - yang ikut membuka kembalikasus Cheryl Miller pada 1994 bersaksi bahwa Ferris pernah bilang, Cheryl hanyalah satu dari lima perempuan yang pernah ditidurinya dalam kurun waktu yang hampir bersamaan.

 

Selain Roy Walton, masih banyak saksilain yang merekam bahwa pada tahun-tahun pertama setelah terbunuhnya Cheryl, Ferris kerap berperilaku dan berbicaraaneh tentang pembunuhan yang menimpa mantan kekasihnya itu. Bekas teman satu sel Ferris - saat ia dipenjara karena masalah narkoba - pun mengakuFerris sering sekali berbicara tentang pembunuhan itu, baik dalam keadaan sadar maupun mengigau. Seorang mantan napi lainnya,bahkan berani bersumpah, Ferris pernah mengaku terus terang: dialah pembunuh Cheryl!

 

Polisi juga mendapat"kutipan berharga" dari seorang perempuan- bekas pacar Ferris - yang pernah menemaninya berkendara jauh pada 1976, dua tahun setelah kematian Cheryl. "Saya tidak berniatmelakukannya. Sungguh, saya benar-benar tidak berniat melakukannya," demikian ucapan yang sering didengar sang mantan pacar sepanjang perjalanan. "Ucapan-ucapan Ferris akan menjadibukti penting bagi kami,untuk menjebloskannya ke dalam bui," sebut polisi.

 

Bukti-bukti lisan itu makin meyakinkan, jika ditambah "temuan lama", berupa sidik jari Ferris di meja rias, tak jauh dari lokasi tempat ditemukannya mayat Cheryl. Faktor pemberat penemuan sidik jari itu, lantaran letaknya hanya beberapainci dari posisi kepala korban saat ditemukan. "Hampir bisa dipastikan, sidik jari seperti itu biasanya ditinggalkan oleh si pembunuh," jelas polisi.

 

Namun, gong dari semua gong adalah keterangan mantan istri Ferris, Terri Igaz. Begitu mematikannya "nyanyian" Terri, sehinggabulan madu hari pertama yang selama ini menjadi alibi tak tergoyahkan, akhirnya tidak lagi menjadi bagian yang hilang(missing link) yang mengganggu penyelidikan polisi. Setelah bercerai dari Ferris, Terri akhirnya mau berterusterang.

 

"Setelah melakukan hubungan intim, Ferris sebenarnya sempat keluar kamar. Aku enggak tahu ke mana, karena aku sendiri langsung tertidur. Yang pasti, sebelum Matahari terbit, dia sudah kembalike cottage," sang mantan istri membuka kisahnya. Terri yang terbangun oleh kedatangan Ferris,sempat menyatakan keheranannya.

 

"Kamu dari mana, honey?" Ferris tak langsungmenjawab. "Astaga, apa yang terjadi. Kamu terluka?"

"Bukan, ini darah kelinci. Ketikasedang mencari angin segar di luar, tiba-tiba muncul seekor kelinci. Ehh, mungkindia mau menyeberang jalan.Karena kaget, aku enggak sempat ngerem. Yaaa, akhirnyaketabrak. Bangkainya sampai nyangkutdi roda. Nah, saataku mau menarik bangkainya - seperti kamu lihat sekarang - sebagian darahnya


malah menempel di  baju," Ferrisberalasan, sembari menunjukbercak darah di bajunya.

 

Saat  itu,  Terri  cuma  manggut-manggut. Dia  merasa  harus  percaya  pada  cerita suaminya. Lagi pula, bulan madu bukanlah saat yang tepat untuk bertengkar. Terri juga tak ingin memeriksamobil, yang disebut-sebut Ferris baru saja menabrakkelinci, sehingga ia tak tahu apakah masih tersisa noda darah di roda. Dia benar-benar ingin menikmati suasana romantis bulan madu. Hanya itu.

 

Nyanyian mantanistri

Terri bahkan tak terlalu ambil pusing, ketika beberapa jam kemudian, persisnyajam

11.00 siang, Ferris sempat bertingkah aneh saat menyaksikan berita pembunuhan dan pemerkosaan Cheryl di televisilokal. "Saat menonton,dia mengeluarkan suara parau, aneh sekali, rasanya mirip orang menangis. Tapi setelah aku perhatikanlebih teliti, ternyata dia cuma sedangberakting. Akting pura-pura menangis," imbuh Terri.

 

Saat Terri menatap Ferris denganpandangan heran, lelaki itu hanya berucap ringan, tanpa ekspresi, "Lihat. Perempuan yang terbunuh itu, dia itu bekas pacarku. Pacar terakhir, sebelum aku menikahi kamu."

 

Kesaksian Terri menjadikartu As polisi untuk mematahkan alibi yang selama 30 tahun terakhir ini menyelamatkan Ferris dari ancaman hukuman berat. Keberhasilan yangamat sangat disyukurikeluarga besar Cheryl. "Orangtua Cheryl memang tak bisa  lagi  menyaksikan jalannyasidang  kasus  pembunuhan anaknya. Adik  saya bahkansampai meninggal karena stres. Tapi saya, atas nama keluarga, merasa sangat bahagia jika kasus ini akhirnya terungkap," ucap Donna, bibi Cheryl.

 

Donna memang menjadi anggotakeluarga Cheryl yang paling rajin mengikuti sidang. Sejak 30 tahun lalu, dia tak pernah absen membela Cheryl, yang disayanginya melebihi anak sendiri.

 

Di persidangan, polisi merangkai teka-teki kematianCheryl Miller dengan merekonstruksi peristiwa menghebohkan 30 tahun lalu itu. Meski sudah memilihTerri menjadi  istri,  Ferris  ternyata  masih  berusaha mengencani Cheryl  untuk  terakhir kalinya, sebelum betul-betul menjadi "suami". Entah apa yang ada di benak Ferris saat  itu,  sekadar  iseng  atau  hati  kecilnya  sebetulnya  lebih  mencintai  Cheryl ketimbang Terri.

 

Yang pasti, meskiraganya beradadi rumah peristirahatan di Lake Huron (sekitar satu jam perjalanandari Saginaw), pikiran Ferris tetap tak bisa lepas dari apartemen Cheryl.  Keinginan  bercinta  untuk  terakhir  kalinya  dengan  bekas  pacar,  persis sebelum melakukan hubunganresmi sebagai suami istri, sering juga disebut "stag night",  menjadi  motif  pembunuhan  dan  pemerkosaan  terhadap  Cheryl.  Namun malam itu, kesempatan yang ditunggu-tunggu tak jua datang.

 

Dari pagi hingga menjelang malam, Terri tak pernah mau lepas dari Ferris. Hampir setiap aktivitas mereka lakukan bersama-sama. Tentu saja, Terri tak menyadari kegelisahan Ferris saat itu.

 

Ferris  baru  punya  "waktu  luang",  justru  setelah  dia  selesai  menunaikan  tugas sebagai suami di malam pertama bulan madunya. Toh, betapa pun telatnya, niat Ferris untuk menyambangi apartemen Cheryl tetap menggebu. Alhasil, malam atau dinihari itu juga, dia meraihkunci kontak mobil,lalu melarikannya ke Saginaw, tempat tinggal sang mantan pacar. Niatnya jelas, ingin berkencan, bukan memperkosa, apalagi membunuh.


 

Sayangnya, kedatangan Ferristak mendapat sambutan hangat Cheryl. Sebaliknya, dia malah mendapat semprotan."Kamu sudah melakukanhubungan suami-istri, jadi sudah resmi jadi suami Terri. Tak ada lagi stag night, dan saya tidak mau berhubungan seksual dengan lelaki beristri," bisa jadi begitulahbentuk semprotan Cheryl. Bisa ditebak, penolakan itu membuat Ferris naik pitam. Kekerasan fisik dan seksual pun diterima Cheryl yang mengakibatkan sedikit luka terbuka. Lalu, perempuan malang yang diharapkan menjadi selebritioleh kawan dan keluarganya itu dicekik, sampai napasnya tak lagi berembus. "Ferris punya kemampuan untuk melakukan itu. Saya sangat yakin. Karena belakangan, kami juga mendapat bukti, sebelumnya dia telah dua kali berusaha membunuh Cheryl,entah untuk alasan apa."

 

Bahkan mantan istri Ferris, Terri, ikut bersaksi, "Saya yakin ia melakukannya. Ia memang  punya  kebiasaan buruk  memukuli istri."  Namun,  kesaksian terakhir  ini ditolak mentah-mentah di pengadilan, baik oleh Ferris maupun pengacaranya.

 

Dua puluh tahun sejak terjadinya pembunuhan dan pemerkosaan terhadap Cheryl Miller, atau 10 tahun sejak kasus menghebohkan itu diangkat kembali dari peti X-file Kepolisian Saginaw, tepatnya tahun 2004, akhirnya dengan yakin, polisi mendudukkan Gabriel Ferrisdi kursi terdakwa.

 

Ferris yang pada saat itu berumur 55 tahun harus mempertanggungjawabkandosa yang dibuatnya di masa muda. Seperti diucapkan seorang perwira polisi, "Tak ada kata  terlambat  untuk  memenjarakan  seorang  pembunuh."  Terlebih  pembunuh mutiara yang sedang bersinar terang. Seorang calon selebritiasal Saginaw.(Kisah nyata/Chris Hansen/Icul) )

Pramuka-07

Kami membina, mendidik dan mendampingi generasi muda putra-putri pertiwi untuk hantarkan mereka raih mimpi setinggi Asa, Walau tak sebesar debu, semangat pengabdian kami : berkontribusi mewujudkan kehidupan masyarakat dunia yang 'Damai Santun, Trampil dan Humanis', melalui para pembina, pendidik pada seluruh tingkat satuan dan gugus depan diwilayah pembinaan Kwartir Ranting 20.07 Gerakan Pramuka Kec. Kedung Kab. Jepara, Jawa Tengah

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak